Pages

Wednesday, October 17, 2018

Diduga Tewas Dimutilasi, Apa Kesalahan Jamal Khashoggi di Mata Arab Saudi?

Surat kabar The Washington Post mengindikasikan bahwa Khashoggi, yang merupakan salah satu kontributor seniornya untuk isu kawasan Timur Tengah, dipersekusi lantaran kritik kerasnya terhadap Arab Saudi, terkhusus, pemerintahan Raja Salman dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).

Di samping itu, The Post juga menyebut bahwa Khashoggi, "sejak lama merupakan mantan orang dalam di struktur kemapanan pemerintahan Arab Saudi" dan "dekat dengan lingkaran kekuasaan monarki Arab Saudi".

Ia juga pernah bekerja sebagai redaktur media Saudi yang terafiliasi dekat dengan Riyadh dan pernah menjadi penasihat bagi Badan Intelijen Saudi "guna membujuk Osama bin Laden untuk menyelaraskan diri dengan monarki" pada tahun 1980-1990an. Meski begitu, ia menolak paham Wahabisme, yang kental terasosiasi di media Negeri Petrodollar dan pada Bin Laden.

Oleh karenanya, The Post menilai bahwa kritik yang datang dari Khashoggi terhadap Arab Saudi dianggap 'membahayakan' oleh para petinggi monarki, karena, ia dipandang bak pembelot yang buka suara soal aib di dalam negaranya sendiri.

Khashoggi sendiri telah mengasingkan diri ke AS sejak akhir 2017 --bertepatan ketika Pangeran MBS memulai persekusi massal terhadap figur top di lingkungan monarki yang berseberangan dengan kebijakannya.

Sejak akhir 2017, ia mulai aktif menulis kolom untuk The Washington Post, yang berisi kritik terhadap kebijakan pemerintahan Pangeran MBS --yang kini menjadi pemimpin de facto Arab Saudi.

Dalam berbagai kolom opininya itu, Khashoggi mengecam kebijakan domestik Negeri Petrodollar dan kebijakan luar negerinya terhadap Qatar dan Kanada, perang di Yaman, dan penindasan terhadap perbedaan pendapat dan media di kerajaan.

Misalnya, kolom opini terakhir yang ditulis oleh Jamal Khashoggi untuk The Washington Post dengan judul "What the Arab world needs most is free expression" mengkritik terbendungnya kebebasan berekspresi di Negeri Petrodollar dan 'Negara Arab' lain yang bertetangga.

Kemudian, pada 11 September 2018, Khashoggi menulis kolom untuk The Washington Post berjudul "Saudi Arabia's crown prince must restore dignity to his country — by ending Yemen's cruel war", sebagai bentuk kritik dan desakannya terhadap Pangeran MBS agar segera menghentikan Perang di Yaman --yang disulut oleh sang putra mahkota pada 2014.

Sementara itu, pada 20 Maret 2018, Khashoggi menulis kolom berjudul "Why Saudi Arabia's crown prince should visit Detroit", di mana ia mengkritik Pangeran MBS karena melakukan penelantaran pembangunan dalam negeri dan membuat kota-kota di Saudi yang tak bertumbuh alias mandeg.

Menmbahkan, kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch juga berpendapat sama dengan The Post terkait alasan mengapa Khashoggi dipersekusi oleh Saudi.

"Ini merupakan eskalasi lain dari pemerintahan Pangeran Muhammad bin Salman yang menindas para pembangkang dan pengkritik yang bersikap damai," kata Sarah Leah Whiteson, direktur Human Rights Watch Timur Tengah.

Sedangkan, tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz mengatakan bahwa calon suaminya itu "tidak disukai oleh negaranya sendiri."

"(Sebelum masuk ke konsulat) ia sempat khawatir untuk masuk. Bagaimana bisa nyaman apabila ia tidak disukai oleh negaranya?" kata Cengiz kepada The Post.

Di sisi lain, Mohammed Yehia, Produser BBC Arabic, mengatakan bahwa klaim tentang 'ketidaksukaan Saudi terhadap Khashoggi' dan 'tuduhan bahwa Khashoggi dibunuh oleh Saudi' merupakan plot konspirasi yang dirancang oleh "negara-negara yang tak suka dengan Arab Saudi."

Let's block ads! (Why?)


October 18, 2018 at 01:07PM
via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2J44Msh
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Frss&max=3, then Send me an email


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment